Magetan, warajatim.com – Sebuah video berdurasi 19 detik viral. Video tersebut terlihat sekelompok pemuda mengusir pendatang di pintu masuk desa menggunakan Meriam bambu.
Related Post
Video tersebut marak menjadi status di kontak whatsapp. Usut punya usut video tersebut ada di Desa Ringinagung, Kabupaten Magetan.
Ketua RT 04, Desa Ringinagung mengatakan bahwa video tersebut bentuk sosialisasi bahwa lingkungannya tidak menerima tamu dari luar. Sehingga dibuat video dan memang terjadi di RT 04, Desa Ringinagung.
“Tidak sampai begitu, itu hanya sosialisasi bahwa jalan desa selama lebaran ditutup sementara,” ucap Suparno, Rabu (27/5/2020).
Dia mengatakan sebenarnya penggunaan Meriam bambu memiliki tradisi yang cukup unik. Setiap memasuki bulan puasa hingga 7 hari setelah lebaran setiap sore puluhan pemuda akan menyalakan meriam bambu.
“Sudah tradisi setiap bulan puasa menjelang buka remaja di sini menyalakan meriam bambu,” ujarnya.
Suparno menambahkan, kegiatan perang meriam bambu biasanya diadakan dilingkungan dukuh Ndasun, karena lokasinya yang berada di pinggir persawahan desa sehingga kegiatan perang meriam bambu tidak menggangu warga lainnya.
Tradisi perang meriam bambu menurutnya sudah dilakukan oleh kakek buyut mereka uluhan tahun silam. “ Dulu kan belum ada petasan. Jadi membunyikan meriam bambu selain sebagai hiburan juga sebagai tanda berbuka puasa,” imbuhnya.
Pohon bambu yang tumbuh subur di Desa Ringin Agung menurut Suparno merupakan cikal bakal tradisi perang meriam bambu di tempat tinggalnya. Banyaknya pohon bambu juga dimanfaatkan oleh warag dengan membuat sejumlah kerajinan bambu seperti caping, kukusan dan sejumlah kerajinan dari bambu lainya.
” Hampir seluruh penduduk disini berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu,” ucapnya.
Menjelang puasa biasanya para remaja di Dukuh Ndasun menyiapkan bambu terbesar dan terbaik untuk dibuat meriam. Tahun 2019 kemarin bahkan remaja Dukuh Ndasun yang tergabung dalam Karnag Taruna Aruan Ndasun Kulon atau Ardaku menyelenggarakan festival perang meriam bambu yang melibatkan 50 buah meriam bambu.
“Setiap tahun itu ada kegiatan itu, tapi tahun ini karena ada covid19 kegiatan tersebut kita tiadakan,” tambahnya
Hanya saja, sejumlah remaja di ingkungan Dukuh Ndasun tetap membuat meriam bambu dan menyalalakan setiap menjelang buka puasa dan di malam lebaran Idul Fitri.
“Besok sudah nggak ada, kita sudah buka portal jalan desa,” pungkasnya.
Tinggalkan komentar