Ponorogo, warajatim.com – Selain terkenal dengan sebutan Kota Reog, Ponorogo juga terkenal dengan kuliner satenya, Lho. Makan sate semacam kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan ketika berkunjung ke Ponorogo.
Related Post
Tapi pembaca yang budiman, ternyata di Ponorogo tidak hanya ada sate ayam dengan bumbu kacang khasnya, tapi ada lagi varian lain yang bumbunya berwarna kuning penuh rempah-rempah, yaitu Sate Blendet.
Istilah blendet mungkin saja berasal dari Bahasa Inggris ‘blended” atau bahasa gaulnya ‘ngeblend’ yang artinya campuran/bercampur karena bentuk blendet ini lumer seperti lumpur.
Salah satu penjual sate blendet, Endang Retnowati (55) menjelaskan “resep” blendet tidaklah sulit dan mahal. Bumbunya biasa seperti yang digunakan ibu-ibu di rumah yaitu bawang merah, bawang putih, kemiri, santan, dan kunyit. Sehingga mudah membuatnya tidak terlalu sulit.
Resep dan bumbu blendet Bu Endang sudah mematahkan idiom ‘selalu ada resep rahasia di setiap masakan’ yang terkenal di dunia kulineran.
“Bumbunya beda dengan bumbu sate biasanya. Bumbunya pakai bahan bahan yang mudah kita jumpai sehari-hari,” tutur Endang kepada saat ditemui di warungnya yang terletak di Desa Karangan, Kecamatan Balong, Minggu (19/4/2020).
Endang yang saat ini merupakan generasi ketiga menambahkan bahwa resep tersebut tinggal meneruskan saja apa yang sudah dirintis neneknya pada tahun 1965. Dan Endang tidak merubah sedikitpun bahan maupun cara membuatnya.
“Resep yang saya gunakan saat ini sudah turun temurun. Saya tinggal meneruskan dan tidak ada yang saya rubah cara membuat maupun bahannya,” jelas Endang.
Menurutnya untuk daging yang digunakan sama dengan sate ayam biasanya. Daging diolah hingga siap dibakar. Setelah dibakar, sate kemudian dicelupkan kedalam blendet.
Untuk menjaga cita rasa, sate blendet tidak dimakan dengan lontong seperti biasanya melainkan dengan nasi dan bumbu tahu kecap. Ada syaratnya, lho, keduanya harus dimakan bersamaan biar semakin ngeblend rasanya.
Sementara itu ditemui di warung sate blendet, salah satu pembeli Anita Kusuma Wardhani terlihat menikmati sate blendet di depannya. Ia mengaku baru pertama kali mencoba karena penasaran dengan penampilannya yang berbeda.
“Rasanya enak banget beda dengan sate pada umumnya. Biasanya yang khas dari sate Ponorogo itu kan berbumbu kacang lha ini bumbunya kuning, ada gurih-gurih santannya, gitu,” pungkas Anita.
Dalam sehari Endang bisa menjual hingga 200 tusuk sate. Di saat sepi seperti ini paling tidak 100 tusuk selalu habis. Jika ramai tidak sampai pukul 20.00 malam sate blendet sudah habis.
Jika pembaca hanya ingin makan sate blendet cukup mengeluarkan 12.000 dari kantong anda, tetapi jika ingin memuaskan hasrat kuliner cukup tambahkan 8.000 bisa dapat sate blendet dan nasi bumbu.
“Seporsi sate blendet dijual Rp 12 ribu sedangkan nasi bumbu tahu dijual Rp 8 ribu,” terang Endang.
Bagaimana dulur? Kapan kita bisa makan sate blendet bareng?
Tinggalkan komentar