Ponorogo, Warajatim.com – Belajar di rumah untuk para siswa disebabkan adanya wabah virus Corona atau Covid 19 biasanya digunakan untuk bermalas-malasan. Namun tidak untuk Tegar Pandu Buana (16).
Related Post
Siswa SMK PGRI 2 itu memilih berjualan bakso keliling di Kecamatan Jenangan. “Saya sudah dari sebelum puasa kemarin berjualan ini (bakso), ” ujarnya saat ditemui waktu berkeliling menjajakan baksonya, Kamis (2/7/2020).
Tegar mengatakan memang ikut sang ibu, Ratna yang menjadi asisten rumah tangga (ART) di rumah pemilik Bakso Konro, Desa/Kecamatan Jenangan. Dia memilih membantu pekerjaan ibu nya menjadi ART dibanding kos di dekat sekolahnya
“Ya irit biaya juga. Ndak mengeluarkan uang kos. Makan juga ikut ibu ndak beli, ” urai warga asli Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo ini.
Namun, kondisi berubah saat pandemi melanda dunia termasuk Kabupaten Ponorogo. Mendadak dia yang setiap pagi hingga sore menuntut ilmu harus belajar di rumah.
“Belajar secara online juga. Tapi kan cuma sampai siang. Selebihnya waktunya kosong, ” terangnya.
Dari situ, dia mengaku memberanikan diri meminta ijin kepada pemilik bakso konro untuk ikut menjajakan baksonya. Namun secara keliling.
Gayung pun bersambut, pemilik bakso yang juga majikan ibunya mengijinkan. “Ndak malu sih. Kan yang minta saya sendiri, ” jelasnya.
Menurutnya asal berjualan masih belepotan. Dia masih bingung untuk membungkus baksonya dan menakar sebanyak mana mienya.
“Tetapi sekarang sudah hapal kok. Mie nya seberapa. Habis itu pentol kecilnya 5, pentol besarnya 1, tahu 1, keripik pangsit 1. Harganya Rp 5 ribu, ” tegasnya
Dia mengaky setiap hari membawa 100 porsi. Terkadang terjual semua 100 porsi. Namun juga ada kakanya hanya terjual 50 porsi.
Dia mengklaim saat ramai itu waktu lebaran. Biasanya menghabiskan 100 porsi sampai pukul 21.00 wib. Saat lebaran, Tegar menjelaskan pukul 20.00 wib sudah pulang ke lokasi.
“Tapi saya targetkan jam 22.00 wib sudah harus balik. Habis atau tidak 100 porsi pokoknya pulang. Berangkat dari Bakso Konro jam 15.00 wib, ” paparnya.
Masih kata Tegar, pembelinya dari berbagai kalangan. Untuk akhir-akhir ini kebanyakan adalah petani tebu. Pasalnya tanaman tebu sedang panen.
“Ya mereka sih andok, saya juga bawa mangkok. Cuma gantian sih. Kan petaninya ada 20 nah mangkok yang saya bawa cuma 10,” jelasnya.
Saat ditanya pengalaman menarik? Tegar menjawab pernah dibeli oleh teman sekelasnya di Jurusan Pengelasan, SMK PGRI 2.
“Ya saya jualin dong. Ndak malu, karena ini halal. Bahkan beberapa waktu lalu sempat viral karena ada yang upload di Facebook. Guru-guru juga sudah tahu, ” tegasnya.
Menurutnya, selama ini dari 100 bakso terjual dia mendapat 20 persen. Sehingga mendapat Rp 100 ribu per hari jika terjual semua. Jika tidak, tinggal dihitungkan total penghasilannya diambil 20 persen.
“Uangnya saya tabung. Saya ingin membantu orang tua saya. Saya kan dua bersaudara. Adik saya baru masuk STM Jenangan. Ya bantu-bantu itu, ” terangnga.
Terakhir, berjualan sebelum puasa hingga saat ini, Tegar sudah tidak pernah meminta uang kepada orang tua nya. Bahkan penghobi otak-atik motor ini sudah mampu membiaya hobi nya sendiri.
“Sudah bisa modif sepeda motor sendiri. Ndak minta uang orang tua. Pulsa juga beli sendiri, ” kata anak pasangan Mulyadi dan Ratna ini.
Tegar juga mengaku akan tetap berjualan walaupun pembelajaran normal. Dia mengatakan akan membagi waktu sekolah, belajar dan berjualan bakso.
“Kalau masuk nanti kan pulang sekolah jam 3 an lebih. Ya jualannya habis dari pulang sekolah. Pulangnya juga tidak malam-malam biar bisa belajar di rumah, ” pungkasnya
Tinggalkan komentar