Ponpes di Ponorogo Galau Masalah Rapid Test Menjelang Tahun Ajaran Baru

Pertemuan Pengasuh Ponpes Kesra Dan Dewan
Pertemuan Pengasuh Ponpes Kesra Dan Dewan

Ponorogo, warajatim.com – Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Ponorogo sedang dirundung galau. Pasalnya sesuai dengan keputusan Gubernur Jawa Timur sesuai Surat bernomor 188/3344/101.1/2020 tertanggal 29 Mei 2020 itu ditujukan kepada bupati dan wali kota se Jawa Timur dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa Pondok Pesantren (Ponpes) di Jatim mulai aktif dan new normal pada tanggal 15 Juni 2020 nanti.

Kemudian surat keputusan gubernur tersebut diperkuat lagi dengan Surat Edaran (SE) Bupati Ponorogo bernomor 713/1531/405.01.2/2020. Dalam dua surat itu ada point tentang keikutsertaan surat bebas Corona atau Covid 19 dibuktikan telah melakukan rapid test.

“Ya memang kami sedang dirundung kebimbangan atau kalau sekarang bilang galau tentang new normal di Ponpes,” kata Direktur Ponpes Al Islam Joresan Ponorogo, Usman Yudi.

Dia mengatakan di Ponpes Al Islam ada dua tipe santri. Ada yang bermukim dan ada yang pulang pergi ke rumahnya.

“Total 2000 santri. 1500 mereka yang pulang pergi dan 500 bermukim. Yang bermukim itu juga 80 persen warga Kabupaten Ponorogo,”ujarnya.

Dia menyebutkan sudah menerima dua surat, baik dari provinsi maupun dari Kabupaten. Salah satunya keterangan sehat dari puskesmas asal dan di rapid test.

“Ini yang kami harapkan dibantu. Karena rapid tes mahal. Jadi saya harap bisa gratis. Kalau kami tanggal 9 Juli baru ada santri yang datang,” jelasnya.

Menurutnya, dia sempat melakukan konfirmasi ke bagian Kesra Pemkab Ponorogo. Rupanya belum deal rapid test bagi santri asal Ponorogo yang akan dibantu.

Pertemuan Pengasuh Ponpes Kesra Dan Dewan
Pertemuan Pengasuh Ponpes Kesra Dan Dewan

“Ini letak galau kami. Karena kan harus mematuhi perintah. Tapi ndak mungkin kami membebani mereka dalam artian wali santri,” urainya.

Dia mengaku sejauh ini di Ponpes Al Islam baru menyiapkan tempat cuci tangan, thermogun dan menyiapkan model pembelajarannya. “Kalau selama ini satu minggu masuk 6 hari. Kalau seperti ini, mata pelaran 1 minggu akan disampaikan 2 minggu,” tambahnya.

Artinya, 1000 santri masuk pada hari Sabtu, Ahad dan Senin. 1000 santri lainnya masuk Selasa, Rabu dan Kamis. Sementara Jumat diberlakukan libur.

“Sehingga kelasnya menjadi jarang, dan nanti tidak ada istirahat. Masuknya sampai jam 12.00. Mulai jam 7.00 pagi. Lalu, pembelajaraannya 5 jam. Pembelajarannya juga tidak terlalu serius, tapi santai,” katanya.

Sementara, Wakil Ketua DPRD Ponorogo, Dwi Agus mengatakan banyak Ponpes yang galau. Karena tahun ajaran baru sudah di depan mata akan tetapi belum ada persiapan.

“Masih banyak pondok pesantren yang galau disaat memasuki tahun ajaran baru dan kedatangan santri sudah harus dilaksanakan, sehingga pondok pesantren harus siap menuju New Normal sedang pandemi Covid-19 belum berakhir” tambahnya.

Ditambahkan berberlakuan New Normal di Ponorogo sudah ada dasar hukum yaitu Surat Edaran Bupati Ponorogo nomor 713 tahun 2020, sehingga pondok pesantren perlu lebih bersinergi dengan pihak-pihak terkait untuk memberlakukan untuk mencegah penyebaran Covid 19. “Saya harap lebih bersinergi,” terangnya.

Di sisi lain Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni angkat bicara. Dia mengaku pengasuh Ponpes tidak perlu galau yang santrinya asal dari Ponorogo.

“Tidak perlu galau. Insya Allah ada bantuan dari Pemkab Ponorogo,” jelas Ipong saat dikonfirmasi warajatim.com 

Dia mengatakan Pemkab Ponorogo saat ini melalui Dinkes Ponorogo sedang menghitung berapa jumlah santri asal Ponorogo. Mereka akan dibantu biaya rapid testnya.

“Bisa kami bantu biayanya. Bisa separuh bisa juga gratis. Masih kami hitung. Tapi insyallah kami bantu,” pungkasnya.

Mohon maaf, Foto memang tidak relevan. Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikutikami :

Tinggalkan komentar