Ponorogo, warajatim.com – Siapa tidak kenal dengan Mie Aceh, Kuliner asli ujung barat Indonesia yang kaya dengan bumbu rempahnya? Lalu bagaimana rasanya jika kuliner ini dipadupadankan dengan bumbu-bumbu khas Ponorogo? Berikut liputannya.
Related Post
Teman-teman pemburu kuliner akan menjumpai berbagai menu asal tanah rencong ini di Café Omah Bantarangin di Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo. Maklum saja pemilik café ini adalah wanita asli Aceh yang bernama Ismayani.
“Saya sekitar empat tahun tinggal di Ponorogo karena ikut suami yang asli Ponorogo. Sebagai seorang istri, saya harus pintar-pintar mengolah makanan biar cocok dengan lidah saya dan tentu saja suami. Dan pastinya bisa untuk konsumsi banyak orang,” kata Ismayani membuka percakapan.
Ismayani mengotak-atik resep Mie Aceh yang didapat dari keluarganya agar pas dengan lidah orang Jawa. Dia menyebutkan harus banyak bereksperimen dengan bumbu-bumbu masakan Jawa untuk mendapatkan citarasa Jawa tanpa menghilangkan rasa khas Aceh. Sekadar untuk diketahui Mie Aceh warisan keluarganya terdiri dari 18 rempah pilihan.
“Ada 18 rempah resep yang diturunkan dari keluarga di antaranya buah pala, kapulaga, bunga lawang, bawang merah, bawang putih, ketumbar, jahe, kayu manis,” jelas ibu yang sudah dikaruniai dua orang anak ini.
Untuk memenuhi 18 resep bumbu mie Acehnya ia harus mendatangkan dari Aceh langsung. Pasalnya jenis rempah tersebut tidak ditemukan di Ponorogo.
Ismayani kemudian bercerita tentang proses pembuatan bumbu Mie Aceh mulai dari A sampai Z. Setelah semua rempahnya cukup takaran kemudian dibland jadi satu. Bumbu ini kemudian dimasak untuk bisa bertahan 2-3 minggu. Bumbu jadi ini tinggal dimasak lebih lanjut dengan Mie jika ada pesanan.
Lalu bagaimana cara membuatnya Mie Acehnya? Ismayani mengaku cara memasak Mie Aceh tidak berbeda dengan cara masak mie yang lainnya. Mie dimasukkan ke dalam wajan, ditambah dengan air secukupnya, lalu dimasukkan sayuran, yaitu sawi dan toge.
“Setelah menunggu beberapa saat baru kemudian bumbu 18 rempah yang sudah jadi tersebut dimasukkan. Kemudia ditambahkan kecap sedikit,” katanya.
Menurutnya, adanya campuran kecap itu menjadikan Mie Aceh asli bertransformasi menjadi Mie Aceh khas Ponorogo karena orang Ponorogo cenderung lebih suka makanan agak manis.
“Awalnya memang ragu-ragu mau buat menu Mie Aceh di sini. Takut karena rasa mie kok seperti rasa jamu. Kita coba bagi-bagi ke beberapa teman dan responnya bagus, kita coba untuk jual. Alhamdulillah respon pembeli sangat baik,” katanya.
Dia mengklaim bahwa Mie Aceh buatannya juga cocok untuk buka puasa sekaligus menangkal virus. Apalagi pada musim pandemi Covid-19 seperti saat ini.
“Karena di dalam bumbu Mie Aceh ada rempah jahe dan lain-lain yang bisa meningkatkan sistem imun tubuh. Kita akan dapat enak makannya sekaligus sebagai penangkal virus corona. Satu porsinya cukup 15 ribu rupiah,” jelasnya sembari tertawa kecil.
Sementara salah satu pembeli, Diki Dwi Laksono mengatakan sangat penasaran dengan Mie Aceh yang khas Ponorogo. Tak mau lama-lama dia bersama calon istrinya bergegas ke Cafe Omah Bantarangin untuk menghilangkan rasa penasarannya.
“Ini sih enak banget, kuahnya gurih dan mienya pas nggak kenyal juga nggak terlalu lembek. Rasanya cocok di lidah saya. Cuma porsinya banyak sekali. Saya nggak habis kalau sekali makan,” Pungkasnya.
Mau coba sensasi rasanya? Datang saja ke Café Omah Bantarangin Ponorogo
Tinggalkan komentar