Ponorogo, Warajatim.com – Bagi warga Kabupaten Ponorogo lentho sangat popular. Bagaimana tidak kudapan itu biasa disandingkan sebagai lauk nasi pecel yang setiap gang di Ponorogo ada.
Related Post
Namun dari berbagai orang yang bisa membuat dan menjual lentho, ada Katiyem (70). Warga Jalan Kawung itu menjual Lentho Demit.
Kenapa bisa dinamakan Lentho Demit? “Ya karena saya menjual nya pada malam hari selepas Isya sampai dini hari jam 2,” ujarnya membuka percakapan.
Dia mengatakan awal berjualan pada tahun 1974. Saat itu dirinya menjual seperti roti lapis, wingko babat. Namun tidak bertahan lama hanya satu tahun.
“Banyak saingannya. Malah lentho itu belum Ada saingannya. Saya akhirnya memilih jual lentho, ” tegasnya.
Namun, dia memilih menjual pada malam hari. Lagi-lagi alasannya agar tidak ada saingannya.
“Yang jual lentho kan biasanya pagi sampai sore. Saya memilih malam. Karena kalau malam kadang orang juga perlu camilan, ” tegasnya.
Slain karena jual malam, kata dia, kata demit disematkan para pelanggan pasalnya lentho nya super Pedas. Dia memang memberikan cabai rawit utuh diadonannya.
Lebih language, Katiyem berkisah biasanya hanya istirahat setelah berjualan jam 01.00 wib sampai jam 04.00 wib. Dia kemudian bersiap ke Pasar untuk membeli bahan-bahan lentho.
“Saya beli ketela 25 kg, kedelai 20 kg, gap lek 2 kg, tepung 9 kg. Kemudian juga bahan-bahan membuat piya-piya seperti wortel 5 kg, kol 7 kg. Semuanya total Rp 700 ribu, ” teranhnya
Setelah berbelanha, kata dia, kembali ke rumah untuk beraktivitas seperti biasa. Katiyem mengaku mulai mengadon dibantu anak nya selepas magrib.
Pun saat menggoreng dilakukan sendiri. Karena dia masih bertahan dengan menggunakan penggorengan yang menggunakan kayu bakar.
“Sehari-hari bisa menjual hingga 1000 biji lentho dan 1000 pita-piya. Kalau jam 1 malam ndak habis gitu saya setorkan ke Pasar, ” jelasnya.
Dia mengaku sehari bisa mengantongi uang lebih Rp 1 juta. Saat pandemi Covid 19 seperti ini tidak berdampak.
Tinggalkan komentar