Ngawi, Warajatim.com – Kaki nya memang lumpuh karena penyakit polio. Namun hal itu bukan menjadi halangan Suwandi penyandang lumpuh layuh untuk terus berkreasi dan mencari nafkah untuk keluarganya.
Related Post
Bagaimana ceritanya? Simak liputannya.
Di rumahnya yang tak begitu besar di Desa/Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi terlihat Suwandi keluar dengan menggunakan sebatang tongkat kayu yang jadi alat bantu berjalannya.
Tangan Suwandi menenteng paralon besar. Tak lama Suwandi duduk bersimpuh. Di samping-sampingnya juga ada parlin bekas.
Tangannya kemudian menggapai gergaji. Tak lama memotong paralon panjang itu menjadi 4 paralon berukuran kecil. Lalu tangannya dengan pindahnya menggambarkan pola. Setelag di pola dibor lalu dipasangi lampu hias. Jadi lah lampu hias dari paralon bekas.
“Silahkan masuk sini loh. Ini lagi mengerjakan pesanan,” kata Suwandi mempersilahkan Warajatim.com yang sedang berdatang di rumahnya.
Lantas Suwandi mengaku bahwa sudah lumpuh dari kecil karena penyakit polio yang dideritanya. Karena penyakit itu, kata dia, juga menjadi olok-olokan teman-temannya karena tidak bisa maksimal apalagi dalam hal olahraga.
Namun, justru olok-olokan itu membuat pria berusia 30 tahun itu menjadi semangat. Dirinya pun mengasah kemampuannya dalam hal kerajinan.
“Saya buat banyak kerajinan. Ada robot dari korek api, motor kaleng hingga tas dari pelepah pisang. Tapi yang saya tekuni membuat kerajinan paralon,” tambahnya.
Menurutnya, untuk kerajinan lampu hias dari paralon bekas dimulainya beberapa tahun lalu. Saat itu, dirinya berhenti menjadi penjaga kos.
“Saya kemudian mencari kesibukan. Cari-cari di You Tube. Ketemu kerajinan paralon ini,” ujarnya.
Namun, saat belajar dari You Tube, Suwandi mengaku malah amburadul. Karena dirinya hanya terpacu pada tutorial saja tanpa berkreasi.
“Akhirnya saya mencoba keluar dari You Tube. Saya buat-buat sendiri lah. Sesuai imajinasi saya. Justru hasilnya malah bagus,” jelasnya.
Seperti pepatah, hasil tidak pernah mengkhianati proses. Paralon hias yang dibuat lalu dipamerkan di depan rumahnya.
“Banyak yang datang. Mereka tertarik karena dari paralon bekas bisa menjadi lampu hias,” tambahnya.
Dia pun semakin banyak pesanan. Ada yang pesan lampu tokoh kartun, kaligrafi, gambar binatang hingga mozaik.
“Ada yang buat lampu. Tapi ada juga yang minta sebagai wadah pensil atau pulpen saja,” Katanya.
Menurutnya, pesanan paling jauh kirim ke ibu kota atau Jakarta. Setiap barangnya dibandrol mulai harga Rp 50 ribu hingga ratusan ribu.
“Sebulan bisa menghasilkan lebih dari 100 kerajinan. Ini masih akan saya pasarkan lagi. Agar semakin laku,” pungkasnya.
Tinggalkan komentar