Surabaya, warajatim.com – Ditengah pandemi Covid-19, Pemerintah Indonesia tetap gencar memberikan vaksin pneumokokus konyugasi (PCV) untuk mengendalikan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita akibat pneumonia.
Related Post
Pemberian vaksin ini dilakukan secara bertahap mulai 2020 hingga 2024. Program ini sebagai lanjutan dari vaksin PCV yang telah berhasil diintroduksi sejak 2015 hingga 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat juga Provinsi Bangka Belitung.
Selanjutnya, mulai tahun 2020 imunisasi diperluas untuk wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur, lalu bertahap secara nasional pada tahun 2024.
“Jadi bagi masyarakat saya himbau untuk bersiap, pencegahan itu jauh lebih murah dibandingkan dengan pengobatan,” Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Herlin Ferliana, Sabtu (5/12/ 2020).
Herlin mengatakan, imunisasi penting terlebih di tengah pandemi. Pencegahan adalah cara terbaik untuk melindungi terutama pada anak-anak agar tidak terkena penyakit. Imunisasi PCV diberikan kepada anak usia 0-1 tahun (2 bulan, 3 bulan, 1 tahun).
“Dan imunisasi adalah upaya sangat stratgeis menguatkan balita kita agar tidak terserang penyakit,” tegasnya.
Pemprov Jatim, kata Herlin, tidak hanya berkosentrasi menekan angka penyebaran Covid-19. Namun juga penyakit lain seperti pneumonia, difteri, dan polio.
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan, penyakit yang menyerang saluran pernafasan tersebut menjadi penyebab satu juta kematian atau 16 persen dari total kematian bayi di seluruh dunia per tahunnya.
Angka itu menjadikan Pneumonia sebagai penyebab tertinggi kematian bayi muda atau neonatus dengan rentang usia 0-28 hari.
Di Indonesia, pneumonia juga sangat endemis. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia di Indonesia mencapai 4,5 persen.
Sedangkan menurut survei yang dilakukan Balitbangkes tahun 2014 menunjukkan 23 orang balita meninggal setiap jamnya, dimana 4 diantaranya karena pneumonia.
Child and Survival Development Unicef Indonesia, Armunanto menjelaskan alasan Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai sasaran pertama imunisasi PVC. Menurutnya, dua provinsi itu memiliki jumlah penduduknya paling banyak.
“Saat dilakukan uji coba imunisasi PCV ini di Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung, hasilnya ternyata cukup efektif menekan angka kasus pneumonia. Untuk itulah dipilih Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai wilayah dengan jumlah populasi anak terbanyak,” kata dia
Rencananya, imunisasi PCV di Jawa Timur dan Jawa Barat mulai dilaksanakan tahun depan. Menyesuaikan ketersediaan vaksin.
Dinkes Jatim, kata dia, masih terus mendata berapa kebutuhan vaksin PVC. Berkaca pada program imunisasi difteri di Jawa Timur pada tahun 2019 lalu, jumlah sasaran anak yang diimunisasi mencapai 11 juta jiwa.
Namun jika mengikuti batasan usia bayi usia muda (2 bulan sampai 1 tahun), maka diperkirakan hanya tersisa sekitar 30 persen atau sekitar 3 juta bayi. Pastinya, lanjut dia, program imunisasi PCV gratis. Pemerintah Indonesia dikatakan mampu menghemat hingga 300 persen lebih murah untuk pembelian vaksin PCV ini.
Pada September 2020 lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dan Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama yang memungkinkan untuk melakukan pengadaan vaksin dengan harga terjangkau.
MoU yang ditandatangani pada September tahun 2020 tersebut, memperbaharui MoU pemerintah Indonesia dengan UNICEF di tahun 2004.
MoU tersebut mengatur proses pengadaan barang dan jasa melalui UNICEF, mulai dari proses pengajuan, pembayaran, sampai pengiriman, sehingga diharapkan dapat memperlancar pemberian produk kesehatan esensial untuk masyarakat Indonesia.
Pengadaan dan pembelian vaksin dilakukan melalui Supply Division UNICEF di Copenhagen, Denmark. Dengan melalui divisi ini, pemerintah Indonesia dimungkinkan untuk melakukan pemesanan vaksin dengan jumlah yang besar dengan harga yang lebih rendah, sehingga akan terjadi penghematan yang signifikan.
Tinggalkan komentar